Cindera Mata
Sumber Kehidupan
Seorang pedagang souvenir di
Jalan Malioboro, Yogyakarta. Sebut saja Ibu Rini Rahayuti. Ibu Rini kelahiran
Yogyakarta, 5 Mei 2956. Kini berdomisili di Ledok Tukangan bersama suaminya,
Bapak Sunardi dan ke empat anaknya.
Sejak kecil Ibu Rini sudah
dididik keras oleh kedua orang tuanya. Dididik keras oleh kedua orang tuanya
juga memiliki maksud baik demi kelangsungan masa depan Ibu Rini sendiri. Ketika
SD, ibu Rini disekolahkan di SD Kanisius Kota Baru. Tapi sayang, keluarganya
memiliki masalah ekonomi yang mengharuskan Ibu Rini tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kegiatan Ibu Rini setelah berhenti
sekolah saat itu hanya bekerja dan membantu kedua orang tuanya.
Kini, kegiatan keseharian Ibu Rini adalah berjualan souvenir di
pinggiran Jalan Malioboro bersama suaminya, Pak Sunardi. Kegiatan ini sudah
digelutinya sejak tahun 1984. Cindera mata yang ditawarkan juga berbagai macam
bentuk dan warna. Ada miniatur mobil, kereta, vespa, motor, dan lain lain.
Wayang kulit, asbak, dan kotak tisupun juga terjuan di lapak souvenir ini. Ibu
Rini membuka lapaknya mulai dari pukul 07.00 – 24.00 WIB setiap harinya. Hal
tersebut dilakoninya semata-mata hanya untuk membiayai kebutuhan keluarganya.
Ia tidak ingin anak cucunya bernasib sama ketika Ibu Rini masih kecil.
Modal awal yang dulunya Rp 200.000,- ini, kini sudah bisa mencukupi
kebutuhan Ibu Rini dan keluarga. Ibu Rini tidak memilih pekerjaan yang lainnya
karena memang sudah sejak dulu ingin menekuni
dunia perdagangan. Ibu Rini sudah ada niatan memasarkan cindera mata
yang dimiliki ini ke jangkauan daerah yang lebih luas. Akan tetapi minimnya
jangkauan komunikasi yang dimiliknya, Ibu Rini masih belum sempat
merealisasikan hal tersebut.
No comments:
Post a Comment