Sunday, January 5, 2014

Wawancara



Cindera Mata Sumber Kehidupan

                Seorang pedagang souvenir di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Sebut saja Ibu Rini Rahayuti. Ibu Rini kelahiran Yogyakarta, 5 Mei 2956. Kini berdomisili di Ledok Tukangan bersama suaminya, Bapak Sunardi dan ke empat anaknya.
                Sejak kecil Ibu Rini sudah dididik keras oleh kedua orang tuanya. Dididik keras oleh kedua orang tuanya juga memiliki maksud baik demi kelangsungan masa depan Ibu Rini sendiri. Ketika SD, ibu Rini disekolahkan di SD Kanisius Kota Baru. Tapi sayang, keluarganya memiliki masalah ekonomi yang mengharuskan Ibu Rini tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kegiatan Ibu Rini setelah berhenti sekolah saat itu hanya bekerja dan membantu kedua orang tuanya.
Kini, kegiatan keseharian Ibu Rini adalah berjualan souvenir di pinggiran Jalan Malioboro bersama suaminya, Pak Sunardi. Kegiatan ini sudah digelutinya sejak tahun 1984. Cindera mata yang ditawarkan juga berbagai macam bentuk dan warna. Ada miniatur mobil, kereta, vespa, motor, dan lain lain. Wayang kulit, asbak, dan kotak tisupun juga terjuan di lapak souvenir ini. Ibu Rini membuka lapaknya mulai dari pukul 07.00 – 24.00 WIB setiap harinya. Hal tersebut dilakoninya semata-mata hanya untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Ia tidak ingin anak cucunya bernasib sama ketika Ibu Rini masih kecil.
Modal awal yang dulunya Rp 200.000,- ini, kini sudah bisa mencukupi kebutuhan Ibu Rini dan keluarga. Ibu Rini tidak memilih pekerjaan yang lainnya karena memang sudah sejak dulu ingin menekuni  dunia perdagangan. Ibu Rini sudah ada niatan memasarkan cindera mata yang dimiliki ini ke jangkauan daerah yang lebih luas. Akan tetapi minimnya jangkauan komunikasi yang dimiliknya, Ibu Rini masih belum sempat merealisasikan hal tersebut.

Kita Perlu Mendalaminya

"Don't judge a book by it's cover."
 
THAT'S RIGHT!
Masih ada orang yang nyepelein kata-kata itu?
Makna dari kata-kata itu dalem lho kalo dirasain. Bener deh.

Ya, kita beranggap-anggap saja sebagai contohnya.

Buku. Ya. Ketika kamu ke toko buku dan ngeliat satu buku yang cetakannya biasa aja dan terbilang nggak menarik. Otomatis kita langsung "Halah, buku biasa aja kaya gitu nggak usah dibeli." kemudian kita langsung mencari buku yang ebih menarik.

Nggak lama setelah itu ada orang lain mengambil buku yang kurang menarik tadi sambil berbincang-bincang. "Coba deh kalian lihat buku ini, isinya menarik buat dibaca dan nggak ngebosenin. Banyak informasi yang dikasih juga lho."
 
Sedangkan disaat yang bersamaan kita udah nemu buku yang lebih bagus dan ketika kita buka, isinya malah mengecewakan. Sometimes, the bad things isn't bad at all and the good things isn't good at all. Bisa saja kebalikannya, Yang tampilan luarnya menurut kita nggak menarik, punya isi yang ternyata menarik banget gitu lho. Sedangkan yang tampilannya menarik, isinya malah mengecewakan hati kita. Keduanya memang bisa menimbulkan perasaan menyesal kok.

Gimana, sih, perasaan kalian kalau lihat yang kaya gitu? Nyesek? Nyesel? Kecewa? Iya, aku tahu kok rasanya.
Itu hanya salah satu contoh paling simple lho menurutku. Sedangkan di luar sana masih banyak contoh seperti itu, bahkan bisa-bisa sampai bikin kamu bingung harus pilih yang mana.

Tentu sih aku sendiri pernah kaya gitu. Tapi aku udah sadar, aku belajar mendalami makna itu. Coba kalau kamu sendiri diposisikan sebagai buku yang tampilannya kurang menarik kemudian kamu diperlakukan kurang baik kaya gitu? Sakit hati kan? HAHAHAHAHAHAHAAKUUDAHPERNAHHAHAHAHA.

La terus cara nilai seseorang/sesuatu waktu pertama kali tahu itu gimana?

Ya lihat point-point positif dari seseorang/sesuatu itu. Jangan cuma ketika seseorang/sesuatu itu baru memunculkan 1 sisi negatif, itu langsung membuat kalian berpikir yang negatif juga. Secara nggak langsung you've judge them by their cover. Guys, you should've seen something from the other point of view. DO NOT see something only in one point of view. Karena ketika kamu hanya melihat sesuatu dari satu sisi saja, kamu langsung menarik kesimpulan sendiri dari suatu hal tersebut. Dan ketika kamu melihat sesuatu dari sisi yang lain, kamu akan mendapatkan maknanya.

Saturday, January 4, 2014

Narasumber UGM



MAPAGAMA Takhlukkan Tebing Pussa Yan, China

                Mahasiswa UGM yang tergabung dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) MAPALA yang biasa disebut MAPAGAMA (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gajah Mada) dalam memperingati hari jadinya yang ke 40, melakukan 3 ekspedisi yaitu penelitian fotografi Suku Dayak di Putu Sibau, Kalimantan Barat pada Maret lalu, ekspedisi Kayak di salah satu sungai di Nepal pada bulam Mei, dan yang terakhir pemanjatan tebing Pussa Yan di Cina.
                Yang membanggakan dari panjat tebing kali ini adalah MAPAGAMA  merupakan komunitas yang pertama kali menakhlukan tebing di tingkat internasional serta menciptakan jalur baru dalam pemanjatan tebingnya. Tebing yang dipilih yaitu tebing Pussa Yan yang berada di Getu River National Park, Guizhou, Cina. “Kami memilih Pussa Yan karena kami ingin ekspedisi dengan low budget,” ujar Aries Dwi Siswanto selaku ketua ekspedisi kali ini.
                Tentu saja sebelum langsung memulai pemanjatan itu, MAPAGAMA divisi panjat tebing melakukan perlatihan terlebih dahulu. Mereka memilih berlatih memanjat tebing yang berada di Sulawesi karena menurut mereka karekteristik tebing di Sulawesi sama dengan Pussa Yan.
                Target utama dalam ekspedisi ini yaitu ingin membuat jalur pertama dengan teknik Artificial Climbing. Tim panjat tebing menggunakan teknik ini dikarenakan teknik ini bersifat sementara (tidak merusak tebing). Untuk memanjat tebing ini, mereka menggunakan Himalayan Style yaitu memanjat secara masih terhubung dengan basecamp.
                Pemanjatan tebing yang memiliki tinggi 180 meter ini tentu saja tidak mudah. Tiga mahasiswa sudah disiapkan dalam pemanjatan tebing Pussa Yan ini, tapi sayang, salah satu pemanjat mendapatkan kecelakaan kecil yang dimana harus menghentikan pemanjatan tersebut sehingga 2 orang lagi yang melanjutkannya. Belum lagi cuaca saat itu sedikit tidak memungkinkan untuk dilanjutkannya pemajatan dikarenakan turunnya hujan. Hal itu membuat para mahasiswa harus menghentikan pemanjatan karena alasan keselamatan. “Kami juga harus mengenakan 4 lapis pakaian untuk menghangatkan tubuh kami dikarenakan suhu disana dibawah 10 derajat celcius.” ujar Priyantono Nugroho sebagai salah satu pengikut ekspedisi pada saat itu.
                Permasalahan mengenai suhu tidak berhenti sampai disitu. Tentu saja, tangan yang menjadi fasilitas utama dalam pemanjatan juga mengalami sedikit kendala. Untuk menanggulangi kendala tersebut, pemanjat harus beberapa kali menghentakkan tangan dengan maksud menghilangkan rasa dingin.
                Ketika mencapai ketinggian 120 meter diatas permukaan tanah, para pemanjat sempat mendapatkan kendala. Yaitu tebing Pussa Yan pada bagian atas bentuknya menjorok keluar atau over hang. Hal itu menyebabkan ketika melakukan pemanjatan membuat para pemanjat tebing benar-benar harus menggantung dan tidak bisa menempel dengan tebing. Upaya untuk menanggulanginya yaitu dengan berpegang kuat pada tali-tali dengan penuh keyakinan.
                Pada mulanya, mereka tidak yakin akan menyelesaikan pemanjatan ini dalam waktu yang singkat. Akan tetapi berkat usaha dan keyakinan mereka, akhirnya tim panjat tebing  MAPAGAMA ini dapat menyelesaikan dengan waktu 4 hari. Waktu 4 hari itupun tidak semuanya terpakai, sebenarnya pendakian selesai dalam waktu 3 hari, tetapi dikarenakan cuaca yang kurang mendukung, akhirnya pada hari ke 3 pemanjatan diberhentikan sejenak dengan alasan keselamatan.
                Berhasilnya pemanjatan di tebing Pussa Yan, Cina ini merupakan kadu untuk ulang tahun MAPAGAMA yang ke 40.

Friday, January 3, 2014

Cerita Teman-teman



All In One
            Tentu banyak permasalahan yang berada di sekeliling kita yang sebenarnya bisa berpengaruh besar, tetapi kita menganggapnya biasa saja atau malah menganggapnya tidak ada. Yah, maklumlah, kita masih sibuk dengan diri kita sendiri-sendiri tanpa memperdulikan lingkungan sekeliling kita. Tapi mau tidak mau, kita juga harus peka terhadap semua hal-hal kecil yang kasat mata, yang menurut kita tidak penting. Kepekaan tersebut juga dapat melatih daya tanggap kita terhadap sesuatu untuk kedepannya.

Seperti sore tadi, Jumat (03/01) saya dan teman-teman berkumpul untuk membicarakan hal tersebut dalam sebuah lingkaran kecil di bawah bimbingan Mbak Dhita dan Mbak Desti. Tentu banyak yang menjadi topik pembicaraan kami waktu itu. Mulai dari kehidupan pendidikan remaja, kisah pribadi, sampai kisah keluarga para remaja saat itu. Berbagai kisah yang kami ketahui kami tuangkan bersama-sama.

            Sebut saja Siska, seorang gadis remaja yang menggemari alat musik biola sejak kecil hingga sekarang. Bermula dari mengikuti ekstrakulikuler di SD-nya, gadis remaja itu sunguh-sungguh belum mengerti sama sekali. Semua ia mulai dari nol. Hingga tahun kedua ia belajar alat musik itu, ia memutuskan untuk mengikuti sebuah lomba yang diusulkan oleh gurunya. Awalnya ia ragu dengan keputusannya saat itu. Tetapi dengan dorongan semangat, Sinta lebih bersemangat mengikuti lomba tersebut. Akhirnya ketika pengumuman, Sinta tidak berharap lebih dengan permainannya yang pas-pasan itu. Dia sungguh tidak menyangka bahwa dia keluar sebagai Juara Harapan I. Sungguh membuatnya senang. Tapi sungguh disayangkan bahwa Sinta tidak dapat mengasah lebih kemampuannya di sekolah yang diinginkannya karena tidak mendapat ijin dari orang tuanya.

            Ada juga permasalahan di dunia pendidikan seorang remaja bernama Damar. Yang dimana prestasi belajarnya di sekolah saat itu masih biasa saja. Bahkan dia sempat tidak mendapatkan ranking dan dengan itu nilai rapotnya bisa dibilang kurang memuaskan. Hingga dia menyadari bahwa menjadi orang yang pintar itu mengasyikkan bisa memiliki banyak teman. Mulai dari itu, Damarmulai merubah segala kebiasaan buruknya menjadi lebih rajin belajar untuk mengejar nilai-nilainya. Hingga suatu hari, Damar memperoleh buah-buah manis dari usahanya waktu itu, Damar bisa memperoleh ranking dan memberikan nilai yang memuaskan kepada orang tuanya.

            Oka yang bercerita mengenai kisah pertemanannya di masa remaja ini juga menarik. Sebut saja teman Oka ini bernama Dodi. Awal-awal memasuki jenjang SMA, Dodi sering bermain dengan Oka. Tapi sayang, masa lalu menghantui Dodi, mantan pacarnya, yang membuatnya sempat menjauh dari Oka. Hal itu membuatnya bingung, padahal tidak terjadi apa-apa. Tetapi sekarang bergantianlah, mantan pacar Dodi yang kini berteman dengan Oka, yang sering menyampaikan keluh kesahnya kepada Oka. Lagi-lagi hal itu membingungkan Oka. Entah apa yang terjadi pada kedua temannya ini. Hal itu sering terjadi hingga pada waktunya Dodi kembali menjadi teman Oka. Tetapi yang membuat Oka agak risih yaitu mereka sempat dikatakan homo oleh beberapa orang.

            Ada juga seorang gadis remaja sebut saja Susi, yang menikmati masa remajanya bersama keluarganya. Berlibur bersama-sama ke Goa Pindul, tertawa bersama, mengumbar kebahagiaan. Liburan bersama keluarganya juga tak hanya berakhir sampai Goa Pindul, liburan saat itu ia lanjutkan ke Pantai Krakal, bermain air bersama keluarga, foto bersama keluarga, dan pada akhirnya menyimpan kenangan bersama-sama.

            Bagaimana jika hobimu, hal yang kamu suka, sempat digugurkan oleh orang tuamu? Memang menyakitkan. Sama seperti Brenda, yang menggemari dunia tulis menulis. Hal itu tidak berlangsung lama. Ayahnya sempat mengugurkan kesenangannya itu dengan menyita laptop, dll. Hal itu juga membuatnya diam-diam mengikuti sebuah organisasi di sekolahnya. Tetapi akhirnya Brenda dapat meyadarkan ayahnya akan hal yang sangat ia senangi tersebut.

            Itu hanya segelintir dari kehidupan para remaja dewasa ini dan tentu saja masih banyak permasalahan yang lainnya.

(Krissanti Dewi)