MAPAGAMA
Takhlukkan Tebing Pussa Yan, China
Mahasiswa UGM yang tergabung
dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) MAPALA yang biasa disebut MAPAGAMA
(Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gajah Mada) dalam memperingati hari jadinya
yang ke 40, melakukan 3 ekspedisi yaitu penelitian fotografi Suku
Dayak di Putu Sibau, Kalimantan Barat pada Maret lalu, ekspedisi Kayak di salah
satu sungai di Nepal pada bulam Mei, dan yang terakhir pemanjatan tebing Pussa
Yan di Cina.
Yang membanggakan dari panjat
tebing kali ini adalah MAPAGAMA
merupakan komunitas yang pertama kali menakhlukan tebing di tingkat
internasional serta menciptakan jalur baru dalam pemanjatan tebingnya. Tebing
yang dipilih yaitu tebing Pussa Yan yang berada di Getu River National Park,
Guizhou, Cina. “Kami memilih Pussa Yan karena kami ingin ekspedisi dengan low budget,” ujar Aries Dwi Siswanto
selaku ketua ekspedisi kali ini.
Tentu saja sebelum langsung
memulai pemanjatan itu, MAPAGAMA divisi panjat tebing melakukan perlatihan
terlebih dahulu. Mereka memilih berlatih memanjat tebing yang berada di
Sulawesi karena menurut mereka karekteristik tebing di Sulawesi sama dengan
Pussa Yan.
Target utama dalam ekspedisi ini
yaitu ingin membuat jalur pertama dengan teknik Artificial Climbing. Tim panjat tebing menggunakan teknik ini
dikarenakan teknik ini bersifat sementara (tidak merusak tebing). Untuk
memanjat tebing ini, mereka menggunakan Himalayan
Style yaitu memanjat secara masih terhubung dengan basecamp.
Pemanjatan tebing yang memiliki
tinggi 180 meter ini tentu saja tidak mudah. Tiga mahasiswa sudah disiapkan
dalam pemanjatan tebing Pussa Yan ini, tapi sayang, salah satu pemanjat mendapatkan
kecelakaan kecil yang dimana harus menghentikan pemanjatan tersebut sehingga 2
orang lagi yang melanjutkannya. Belum lagi cuaca saat itu sedikit tidak
memungkinkan untuk dilanjutkannya pemajatan dikarenakan turunnya hujan. Hal itu
membuat para mahasiswa harus menghentikan pemanjatan karena alasan keselamatan.
“Kami juga harus mengenakan 4 lapis pakaian untuk menghangatkan tubuh kami
dikarenakan suhu disana dibawah 10 derajat celcius.” ujar Priyantono Nugroho
sebagai salah satu pengikut ekspedisi pada saat itu.
Permasalahan mengenai suhu tidak
berhenti sampai disitu. Tentu saja, tangan yang menjadi fasilitas utama dalam
pemanjatan juga mengalami sedikit kendala. Untuk menanggulangi kendala tersebut,
pemanjat harus beberapa kali menghentakkan tangan dengan maksud menghilangkan
rasa dingin.
Ketika mencapai ketinggian 120
meter diatas permukaan tanah, para pemanjat sempat mendapatkan kendala. Yaitu
tebing Pussa Yan pada bagian atas bentuknya menjorok keluar atau over hang. Hal itu menyebabkan ketika
melakukan pemanjatan membuat para pemanjat tebing benar-benar harus menggantung
dan tidak bisa menempel dengan tebing. Upaya untuk menanggulanginya yaitu
dengan berpegang kuat pada tali-tali dengan penuh keyakinan.
Pada mulanya, mereka tidak yakin
akan menyelesaikan pemanjatan ini dalam waktu yang singkat. Akan tetapi berkat usaha
dan keyakinan mereka, akhirnya tim panjat tebing MAPAGAMA ini dapat menyelesaikan dengan waktu
4 hari. Waktu 4 hari itupun tidak semuanya terpakai, sebenarnya pendakian
selesai dalam waktu 3 hari, tetapi dikarenakan cuaca yang kurang mendukung,
akhirnya pada hari ke 3 pemanjatan diberhentikan sejenak dengan alasan
keselamatan.
Berhasilnya pemanjatan di tebing
Pussa Yan, Cina ini merupakan kadu untuk ulang tahun MAPAGAMA yang ke 40.
No comments:
Post a Comment