Saturday, January 4, 2014

Narasumber UGM



MAPAGAMA Takhlukkan Tebing Pussa Yan, China

                Mahasiswa UGM yang tergabung dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) MAPALA yang biasa disebut MAPAGAMA (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gajah Mada) dalam memperingati hari jadinya yang ke 40, melakukan 3 ekspedisi yaitu penelitian fotografi Suku Dayak di Putu Sibau, Kalimantan Barat pada Maret lalu, ekspedisi Kayak di salah satu sungai di Nepal pada bulam Mei, dan yang terakhir pemanjatan tebing Pussa Yan di Cina.
                Yang membanggakan dari panjat tebing kali ini adalah MAPAGAMA  merupakan komunitas yang pertama kali menakhlukan tebing di tingkat internasional serta menciptakan jalur baru dalam pemanjatan tebingnya. Tebing yang dipilih yaitu tebing Pussa Yan yang berada di Getu River National Park, Guizhou, Cina. “Kami memilih Pussa Yan karena kami ingin ekspedisi dengan low budget,” ujar Aries Dwi Siswanto selaku ketua ekspedisi kali ini.
                Tentu saja sebelum langsung memulai pemanjatan itu, MAPAGAMA divisi panjat tebing melakukan perlatihan terlebih dahulu. Mereka memilih berlatih memanjat tebing yang berada di Sulawesi karena menurut mereka karekteristik tebing di Sulawesi sama dengan Pussa Yan.
                Target utama dalam ekspedisi ini yaitu ingin membuat jalur pertama dengan teknik Artificial Climbing. Tim panjat tebing menggunakan teknik ini dikarenakan teknik ini bersifat sementara (tidak merusak tebing). Untuk memanjat tebing ini, mereka menggunakan Himalayan Style yaitu memanjat secara masih terhubung dengan basecamp.
                Pemanjatan tebing yang memiliki tinggi 180 meter ini tentu saja tidak mudah. Tiga mahasiswa sudah disiapkan dalam pemanjatan tebing Pussa Yan ini, tapi sayang, salah satu pemanjat mendapatkan kecelakaan kecil yang dimana harus menghentikan pemanjatan tersebut sehingga 2 orang lagi yang melanjutkannya. Belum lagi cuaca saat itu sedikit tidak memungkinkan untuk dilanjutkannya pemajatan dikarenakan turunnya hujan. Hal itu membuat para mahasiswa harus menghentikan pemanjatan karena alasan keselamatan. “Kami juga harus mengenakan 4 lapis pakaian untuk menghangatkan tubuh kami dikarenakan suhu disana dibawah 10 derajat celcius.” ujar Priyantono Nugroho sebagai salah satu pengikut ekspedisi pada saat itu.
                Permasalahan mengenai suhu tidak berhenti sampai disitu. Tentu saja, tangan yang menjadi fasilitas utama dalam pemanjatan juga mengalami sedikit kendala. Untuk menanggulangi kendala tersebut, pemanjat harus beberapa kali menghentakkan tangan dengan maksud menghilangkan rasa dingin.
                Ketika mencapai ketinggian 120 meter diatas permukaan tanah, para pemanjat sempat mendapatkan kendala. Yaitu tebing Pussa Yan pada bagian atas bentuknya menjorok keluar atau over hang. Hal itu menyebabkan ketika melakukan pemanjatan membuat para pemanjat tebing benar-benar harus menggantung dan tidak bisa menempel dengan tebing. Upaya untuk menanggulanginya yaitu dengan berpegang kuat pada tali-tali dengan penuh keyakinan.
                Pada mulanya, mereka tidak yakin akan menyelesaikan pemanjatan ini dalam waktu yang singkat. Akan tetapi berkat usaha dan keyakinan mereka, akhirnya tim panjat tebing  MAPAGAMA ini dapat menyelesaikan dengan waktu 4 hari. Waktu 4 hari itupun tidak semuanya terpakai, sebenarnya pendakian selesai dalam waktu 3 hari, tetapi dikarenakan cuaca yang kurang mendukung, akhirnya pada hari ke 3 pemanjatan diberhentikan sejenak dengan alasan keselamatan.
                Berhasilnya pemanjatan di tebing Pussa Yan, Cina ini merupakan kadu untuk ulang tahun MAPAGAMA yang ke 40.

No comments: