Selamat malam,
Apa kabar dirimu?
Maaf baru kali ini aku
menanyakan apa kabarmu. Aku tahu waktu-waktu yang sebelumnya aku tidak pernah
menanyakan hal ini.
Malam ini aku merindukanmu. Walaupun
kita tidak pernah memiliki kedekatan.
Aku tak
pernah melihatmu duduk di kursi ruang tamu untuk menungguku pulang.
Aku tak
pernah menemuimu ketika makan malam bersama.
Aku tak
pernah mendapatkan amanat-amanat darimu.
Layaknya
seorang anak yang merindukan sosok ayahnya. Aku disini, sangat jauh darimu. Terpaut
oleh beribu-ribu jarak yang tak terhingga.
Sosokmu
sudah tak kudapati lagi sejak waktu itu hingga selamanya.
Ayah….
Putrimu
ini rindu.
Aku hanya
mampu menyampaikannya lewat laman ini. Lewat tulisan tulisan sederhana ini.
Maaf dulu
aku pernah membencimu. Pernah memakimu dalam diam. Tidak ingin menemuimu keika
kau masih bisa aku jangkau. Maaf ketika aku bersikap acuh kepadamu.
Aku tidak
butuh barang-barang yang kau berikan sebagai tanda sayangmu padaku. Aku
menginginkanmu menemaniku, memberiku nasehat.
Aku benci
ketika kau tidak ada waktu untukku. Aku lelah ketika harus bertanya pada Ibu
dimana dirimu. Yang hanya ia jawab “Ayahmu sedang bekerja”
Ayah
bekerja dimana hingga aku tak pernah menemukanmu. Aku benci moment-moment
seperti itu.
Tapi hati
ini tidak bisa ingkar. Rasa rindu dan sayangku lebih besar dripada dengki hati
ini.
Aku hanya
bisa berdoa.
Berdoa.
Berdoa.
Begitu
seterusnya.
Tidak
banyak yang bisa aku lakukan kini, dan seterusnya selain berdoa.
Dear God, Help me to understand that
difficult times can make me stronger in the end, even though it may not always
be easy to see.