Sunday, August 10, 2014

Higher Than Skyscraper


                Aku jadi ingat.
                Banyak yang bilang, “Kamu udah tinggi, San. Nggak usah pake high-heels atau wedges. Tambah tinggi bangat nanti.”
                Jadi cewek remaja yang masih berusia 16 tahun yang punya tinggi lebih dari 170 cm kurang dari 175 cm memang nggak gampang.
                Aku selalu merasa pengen jadi cewek pada normalnya. Yang memiliki tinggi tidak setinggi aku. Lebih rendah dari aku mungkin.
                Kadang aku lelah, menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarku.
                Mereka melontarkan pertanyaan yang sama.
                “Kamu kok bisa tinggi e?”
                “Kamu ikut olahraga apa kok bisa tinggi?”
                “Pasti ibumu tinggi juga, ya?”
                Seolah mereka heran melihatku. Macam aku ini makhluk apa saja.
                Aku memang tinggi. 170-175 cm. Aku tidak mengikuti olahraga apapun. Ibuku tidak setinggi aku. Mendiang ayahku lah yang mewarisi keturuan postur tubuh tinggi kepadaku ini.
                Jadi cewek postur tubuh tinggi itu nggak gampang. Cari celana panjang sulit. Pun ukuran alas kaki, apalagi cari pasangan yang lebih tinggi dari aku.
                Aku juga mau pakai high-heel atau wedges sekali-kali. Sebelumnya, aku nggak pernah pakai begituan. Punya pun enggak.
                Dari SD sampai SMA sekarang, rata-rata aku yang paling tinggi di kelas. Aku jadi ngerasa beda. Tapi kata orang-orang di luar, jadi beda itu unik. And I’m fine with that.
                Kadang aku ngerasa malu sama postur tubuhku ini tanpa sebab yang jelas. Tapi disamping itu, sekarang aku ngerasa bangga punya postur tubuh yang seperti ini. Ketika teman-temanku selalu berharap tambah tinggi atau semacamnya itu. Tapi aku mendapatkannya secara cuma-Cuma.
                Aku suka Aku.
                Aku cinta Aku.
                I love Me.


I'm higher than skyscraper.

No comments: