Aku
jadi ingat.
Banyak
yang bilang, “Kamu udah tinggi, San. Nggak usah pake high-heels atau wedges.
Tambah tinggi bangat nanti.”
Jadi
cewek remaja yang masih berusia 16 tahun yang punya tinggi lebih dari 170 cm
kurang dari 175 cm memang nggak gampang.
Aku
selalu merasa pengen jadi cewek pada normalnya. Yang memiliki tinggi tidak
setinggi aku. Lebih rendah dari aku mungkin.
Kadang
aku lelah, menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarku.
Mereka
melontarkan pertanyaan yang sama.
“Kamu
kok bisa tinggi e?”
“Kamu
ikut olahraga apa kok bisa tinggi?”
“Pasti
ibumu tinggi juga, ya?”
Seolah
mereka heran melihatku. Macam aku ini makhluk apa saja.
Aku
memang tinggi. 170-175 cm. Aku tidak mengikuti olahraga apapun. Ibuku tidak
setinggi aku. Mendiang ayahku lah yang mewarisi keturuan postur tubuh tinggi
kepadaku ini.
Jadi
cewek postur tubuh tinggi itu nggak gampang. Cari celana panjang sulit. Pun
ukuran alas kaki, apalagi cari pasangan yang lebih tinggi dari aku.
Aku
juga mau pakai high-heel atau wedges sekali-kali. Sebelumnya, aku
nggak pernah pakai begituan. Punya pun enggak.
Dari
SD sampai SMA sekarang, rata-rata aku yang paling tinggi di kelas. Aku jadi
ngerasa beda. Tapi kata orang-orang di luar, jadi beda itu unik. And I’m fine
with that.
Kadang
aku ngerasa malu sama postur tubuhku ini tanpa sebab yang jelas. Tapi disamping
itu, sekarang aku ngerasa bangga punya postur tubuh yang seperti ini. Ketika
teman-temanku selalu berharap tambah tinggi atau semacamnya itu. Tapi aku
mendapatkannya secara cuma-Cuma.
Aku
suka Aku.
Aku
cinta Aku.
I
love Me.
I'm higher than skyscraper.
No comments:
Post a Comment