Monday, July 6, 2015

Tidak Diduga

19/30


Selamat pagi, silahkan duduk dulu disini. Kupersilahkan dia duduk di teras rumahku. Sebentar aku masuk kembali untuk mempersiapkan beberapa hidangan kecil untuk tamu yang tidak kuundang ini.

Dua cangkir teh hangat dan dua toples yang berisi kue kering. Tumben sekali dia bertamu di rumahku. Ada apa ini? Apa yang membawa kakinya melangkah ke rumahku?

Hening pada lima menit di awal. Mata kita saling bertemu. Tersenyum. Canggung.

Kutanyakan kabar tentang dirinya. Baik, segalanya berjalan dengan baik. Dia tidak menanyakan kabarku. Tidak apa.

Kita mengobrol cukup banyak. Tertawa. Maklum, sudah beberapa tahun tidak bercengkrama seperti ini. Kubiarkan cangkir tehku yang masih penuh. Aku tidak akan melewatkan sedetikpun untuk memandang dirinya yang berjarak hanya 50 cm dariku.

Rindu.

Ternyata dia datang dengan maksud lain. Diberikannya sebuah amplop yang dipita dengan rapi. Wangi cendana tercium jelas dari amplop itu. Sebuah undangan diberikannya padaku. Aku sempat tercengang. Amplop apa ini? Begitu rapi dan wangi.

Hening. Tak kutanyakan apa isinya. Segeralah dia pamit. Sebelum keadaan semakin canggung. Cangkir teh itu tetap penuh dan dingin, dua toples yang isinya juga tidak berkurang.

Oh. Kubiarkan amplop itu. Ku letakkan di laci meja riasku. Sengaja kubiarkan amplip itu. Seolah aku tidak pernah menerimanya.

No comments: